Jumat, 16 Maret 2012

Sistem silvikultur pengelolaan hutan di Indonesia pertama kali diatur padatahun 1972 dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Direktur Jenderal KehutananNo. 35/Kpts/DD/1972 tanggal 13 Maret 1972 tentang Pedoman Tebang PilihIndonesia (TPI), Tebang Habis dengan Penanaman, Tebang Habis dengan PermudaanAlam (THPA), dan pedoman-pedoman pengawasannya.Secara umum sistem TPI merupakan suatu sistem silvikultur yang meliputi carapenebangan dan permudaan hutan yang memiliki azas: kelestarian hutan, tekniksilvikultur, pengusahaan hutan yang menguntungkan, dan pengawasan yang efektifdan efisien. Azas pengawasan yang efektif dan efisien dimaksudkan agar azaskelestarian hutan terjamin atau dengan kata lain diperlukan pemantauan(monitoring) secara periodik terhadap produktivitas dan kualitas produk,keanekaragaman hayati, tanah, dan air.Setelah sistem TPI berjalan selama dua dekade menurut penilaian DepartemenKehutanan (2005) perusahaan HPH masih kurang memperhatikan pembinaan hutan danterkesan bahwa sistem TPI hanya menekankan tebangan dan kurang perhatiannyaterhadap pembinaan hutan. Sebagai usaha penyempurnaan sistem TPI khususnyadalam hal pembinaan hutan, Menteri Kehutanan mengeluarkan Surat Keputusan No.485/Kpts/II/1989 tentang Sistem Silvikultur Pengelolaan Hutan Alam ProduksiIndonesia dan SK Dirjen Pengusahaan Hutan No. 564/Kpts/IV-BPHH/1989 tentangPedoman Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) dan Keputusan Dirjen PengusahaanHutan No. 151/Kpts/IV-BPHH/1993 tentang Pedoman dan Petunjuk Tebang Pilih TanamIndonesia (TPTI). Tujuan dari sistem TPTI adalah untuk mengatur pemanfatan hutan alam produksi,serta meningkatkan nilai hutan baik kualitas maupun kuantitas pada areal bekastebangan untuk rotasi tebang. Prinsip dasar sistem TPTI adalah mengacu padabatas limit diameter dan jumlah pohon inti, pelaksanaaannya sesuai denganaturan tata waktu dan adanya sanksi apabila terjadi penyimpangan. Perbedaan yang mencolok antara sistem TPTI dibanding dengan sistem TPI adalahsecara politis pemerintah menekankan perlunya pembinaan hutan, pemungutan danpembinaan hutan harus seimbang. Pemegang HPH diwajibkan untuk melengkapi unitorganisasi pembinaan hutan, yang terpisah dengan unit logging, tenaga tekniskehutanan menengah yang terampil dalam jumlah yang cukup dan anggaran yangmemadai untuk kegiatan pembinaan hutan.Dasar-dasar konsepsi TPTI meliputi cara penebangan dengan limit diameter danpermudaan hutan alam produksi serta meningkatkan nilai hutan, baik kualitasmaupun kuantitas pada bekas areal tebangan berikutnya agar terbentuk tegakancampuran yang diharapkan dapat menghasilkan kayu untuk keperluan industrisecara lestari. Tujuan tersebut dicapai dengan menerapkan tekni-tekniksilvikultur pada permudaan alam dengan memperhatikan :- Pengaturan komposisi jenis pohon penyusun tegakan campur di dalam hutan yanglebih menguntungkan dari segi ekologi dan ekonomi.- Pengaturan struktur tegakan, kepadatan tegakan yang optimal yang diharapkanuntuk meningkatkan potensi yang ada.- Tetap terjaminnya fungsi hutan sebagai pengatur tata air dan pengawetantanah.- Tetap terjaganya fungsi perlindungan hutan.Namun demikian dasar asumsi TPTI adalah sama dengan TPI, yaitu bahwa tegakantinggal (residual stand) mempunyai cukup stok pohon jenis komersial yangberdiameter 20 cm ke atas yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh menjadi tegakanyang sehat yang dapat dipungut hasilnya secara ekonomis dalam kurun waktu 35 tahunyang akan datang. Asumsi dasar inilah yang sebenarnya perlu dipertimbangkanlagi, karena hampir pasti bahwa asumsi dasar ini tidak lagi valid.Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa menggantungkan tegakan tinggal dalamsistem TPTI akan sulit menghasilkan panenan yang memuaskan dalam waktu 35 tahunkarena banyaknya kerusakan pada tegakan tinggal yang disebabkan oleh banyaknyakerusakan tegakan tinggal yang disebabkan oleh selain praktek penebangan hutanyang tidak memperhatikan tegakan dimaksud, dan kematian pohon yang disebabkanoleh perubahan lingkungan.Sebab lain pengelolaan hutan cenderung tidak lestari dengan penerapan sistemTPTI adalah karena kewajiban para pengusaha hutan untuk melakukan pemeliharaanpada areal bekas tebangan sangat sedikit ditaati. Ini disebabkan secarafinansial, para pengusaha hutan tidak melihat keuntungannya dengan melakukanpenanaman kembali dan pemeliharaan tegakan tinggal. Dari sudut pandang secarafinansial, investasi untuk melakukan penanaman kembali dan pemeliharaan tidakakan menghasilkan keuntungan pada pemegang IUPHHK dengan melihat kontrak yanghanya 20 tahun, dan tidak ada jaminan pasti untuk rotasi berikutnya, areal yangdiusahakannya akan diperpanjang oleh Pemerintah.Kesimpulannya adalah bahwa kinerja sistem TPTI yang diterapkan di Indonesiasaat ini pada aspek pelestarian hasil hutan belum nampak memuaskan. Dua masalahpokok yang nampak jelas pada sistem ini yaitu :1. Berkaitan dengan kondisi hutannya sendiri, yaitu disamping kualitas dankuantitas minimum dari tegakan tinggal selalu tidak mencukupi, juga kecepatantumbuhnya tidak seperti yang diharapkan.2. Berhubungan dengan aspek kelembagaannya, bobot kerja untuk melakukanpengawasan cukup berat sehingga sulit untuk mengontrol kepatuhan para pemegangIUPHHK pada ketentuan TPTI itu sendiri, terutama persyaratan untuk melakukantanaman pengayaan dan penyulaman pada areal IUPHHK. Akibat yang timbul adalahmerosotnya kualitas tegakan hutan setelah siklus tebangan pertama.

Rabu, 07 Maret 2012

KENAPA HARUS PERWAN?
MITOS PERAWAN

Dalam masarakat kita, dari jaman dulu sampai sekarang akan mengatakan seseorang
yang masih perawan akan mengeluarkan darah pada saat pertama kali berhubungan
badan. Dan kenyataannya ini tidak salah walaupun tidak 100% benar adanya.
Dalam tulisan saya kali ini akan membahas sedikit tentang darah perawan yang
mengkin tabu untuk dibahas tapi bisa jadi pertimbangan tuk menghargai dan menjaga
kehormatan dari perempuan.

cerita ini berawal dari berlangsungnya malam pertama sepasang pengantin yang memasuki
kamar pelaminan. Dengan semangat 45 karna sudah menghabiskan 5butir ayam kampung
sang pria sudah tidak sabar tuk segera kemedan pertempuran. singkat cerita
'si ucok kecil' sudah tegak perkasa siap menyerang 'si butet' yang ketakutan
karena melihat 'si ucok'. dengan kekuatan penuh ucok pun menyerang butet dengan
semangat menggebu-gebu, akhirnya butet-pun menyerah walaupun sudah mempersiapkan
benteng pertahanan yang kokoh. sampai akhirnya terjadilah pertumpahan darah di pihak
butet, yang membuat butet takberdaya melawan ucok.
pagi harinya sang pengantin pria bangga dan menceritakan pada temen deketnya
kalau istrinya benar-benar masih PERAWAN, karena memang istrinya berdarah saat
berhubungan.

Dari cerita diatas dapat disimpulkan bahwa seorang yang mengeluarkan darah
saat pertama berhubungan adalah masih perawan. Padahal tidak semuanya benar,
ada juga orang yang berhubungan pertama kali tidak mengeluarkan darah,
dan bahkan baru saat berhubungan ke3 atau ke5 baru mengeluarkan darah.
Tapi ada juga orang yang memang sudah tidak perawan bisa mengeluarkan darah
pada saat berhubungan badan.


Bersama Prof Dr dr Wimpie Pangkahila, SpAnd, FAACS 

Guru Besar pada Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Kini dia menjabat sebagai Kepala Bagian Andrologi dan Seksologi, Ketua Pusat Studi Anti-Aging Medicine, dan Ketua Program Magister dengan kekhususan Anti-Aging Medicine dan kekhususan Ilmu Kedokteran Reproduksi. Prof Wimpie juga menjabat Ketua Umum Asosiasi Seksologi Indonesia (ASI), Wakil Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Andrologi Indonesia (Persandi), dan Wakil Ketua Perhimpunan Kedokteran Anti Penuaan Indonesia (Perkapi).

file:///C:/Users/USER/Documents/Youcam/www.kompas.com.htm
file:///C:/Users/USER/Documents/Youcam/view.php.htm

magang

L A P O R A N  M A G A N G

PENGADAAN BIBIT DARI STEK PUCUK
MERANTI MERAH (Shorea leprosula)
DI PT SUKA JAYA MAKMUR
KABUPATEN KETAPANG


Oleh:

Erick Jeksen Simanjuntak
Nim: G 11106008


Add caption

F A K U L T A S  K E H U T A N A N
U N I V E R S I T A S  T A N J U N G P U R A
P O N T I A N A K
2 0 1 1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT. karena atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan hasil magang. Laporan magang berjudul “ Kegiatan Pengadaan Bibit Dengan Steck Pucuk Meranti Merah (Shorea leprosula) di PT Suka Jaya Makmur Alas Kusuma Jaya Group Kabupaten Ketapang” disusun berdasarkan data hasil kegiatan magang di PT. Suka Jaya Makmur Desa Tanjung Asam Kabupaten Ketapang Propinsi Kalimantan Barat, baik data primer maupun sekunder.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan trima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 
1.      Ibu Dr. Farah Diba. S.Hut, M.Si selaku Dosen Pembimbing Magang
2.      Ibu Ir. Ratna Herawatiningsih, M.Si selaku Ketua Jurusan / Program Studi Kehutanan
3.      Bapak Prof.Dr.Ir.H.Abdurani Muin,M.Si selaku Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura
4.      Para Staf dan Karyawan PT. Sumber Jaya Makmur dan PT. Sari Bumi Kusuma yang telah membantu banyak selama kegiatan magang berlangsung
5.      Keluarga besar tercinta yang menjadi motivasi dan do’a yang terus terlantun demi kesuksesan kegiatan magang.
6.      Teman-teman mahasiswa yang telah memberikan masukan dan dukungan dalam kelancaran magang.
      Akhir kata semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak dalam menambah wawasan pengetahuan.

Pontianak,    - Februari - 2012
        Penulis



ERICK JEKSEN S
NIM G11106008
 

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR..................................................................................      i
DAFTAR ISI.................................................................................................      ii
DAFTAR TABEL.........................................................................................      iv
DAFTAR GAMBAR....................................................................................      iv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................      v        
BAB I  PENDAHULUAN...........................................................................      v
.....   1.1. Latar Belakang................................................................................      1
             1.1.1. Pengelolaan Hutan..................................................................      1
.....              1.1.1.1. Tujuan TPTI...................................................................      2
.....              1.1.1.2. Prasyarat penyelenggaraan TPTI...................................      2
.....              1.1.1.3. Pengertian-pengertian pokok
.....                           dalam sistem silvikultur TPTI........................................      3
.....        1.1.2. Tipe persemaian......................................................................      4
.....        1.1.3. Meranti merah (Shorea leprosula)..........................................      4
.....        1.1.4. Stek pucuk Meranti merah (Shorea leprosula)……...…........      5
.....   1.2. Tujuan……………………………………………………….........      7
BAB II  TINJAUAN PUSTAKA……………………………………….....      8
.....   2.1 Meranti merah (Shorea leprosula)………………………………………    8
....       2.1.1 Keunggulan berdasarkan fenotipnya…………………….…          8
.....         2.1.2 Fisionomi……………………………………………………      9
.....         2.1.3 Kegunaan.……………………………………………...........      10
.....   2.2 Konsisten Meranti merah (S. leprosula)……………………………....      10
.....   2.3 Stek pucuk…………………………………………………………                12
.....        2.3.1 Pengertian stek pucuk…………………………….……….....      12
.....        2.3.2 Keunggulan dan kelemahan stek pucuk…………………......      12
....   2.4 Aspek anatomi  dan  fisiologi  stek……………….……….….....      13
.....   2.5 Faktor-Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan stek pucuk.…....      14
.....   2.6 Tahapan stek pucuk… …………………………….…….……….......            15
.....   2.7 Media tanam……………………………………………………....      16
BAB III  KEADAAN UMUM LOKASI....................................................      17
 ....   3.1 Keadaan umum lokasi PT. Suka Jaya Makmur................................      18
.....   3.2 Keadaan umum lokasi persemaian………………..……………….      20
.....   3.3 Profil PT Suka Jaya Makmur…………………….………………..      21
BAB IV  KEGIATAN DAN PEMBAHASAN...........................................      22
.....   4.1 KEGIATAN……………………………………………………....      22
.....         4.1.1 Tempat dan waktu…...…………………………...………....      22
              4.1.2 Pelaksanaan kegiatan..………………………........................      23
.....         4.1.3 Tahap – tahap  kegiatan persemaian stek pucuk…………….      24
.....   4.2 PEMBAHASAN………………………………………………… .     25
.....         4.2.1 Pengadaan bibit stek pucuk …………………..……………..                25
.....               4.2.1.1 Media tanam ………………………………………….      26
.....               4.2.1.2 Syarat pengambilan stek pucuk…………………….....      26
.....               4.2.1.3 Pembuatan stek…………………………………..........      27
.....               4.2.1.4 Pemberian hormon………………………………….....      28
.....               4.2.1.5 Penanaman stek pucuk………………………………...      28
.....               4.2.1.6 Pemeliharaan…………………………………………..      30
.....               4.2.1.7 Penyungkupan…………………………………………....            31
.....               4.2.1.8 Penyapihan…………………………………………….      32
.....               4.2.1.9 Pengerasan…………………………………………….      33
.....               4.2.1.10 Ukuran bedeng dan intensitas cahaya, suhu,
.....                             Kelembaban dan %Kehidupan……………………….                34
BAB V  PENUTUP......................................................................................      35
.....   5.1 KESIMPULAN………...………………...……………………….      35
.....   5.2 SARAN…………………...……………………….………………                36
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................      37
LAMPIRAN..................................................................................................      38




DAFTAR TABEL

No                                                                                 Halaman
1. Luas Hutan PT Suka Jaya Makmur.......................................................     17
2. Kawasan dan perairan wilayah
    Propinsi Kalimantan barat.....................................................................      19
3. Kemiringan lahan…................................................................................... 20
4. Ukuran bedeng, intensitas cahaya, suhu, kelembaban dan
    kehidupan di kegiatan persemaian……………....................................      34
           





DAFTAR GAMBAR
No.                                                                                       Halaman
     1. Wawancara pada karyawan harian.......................................................             23
     2. Kebun pangkas………………………………………..………………...........             25
     3. Pemberian rapid root (rootone-f) yang sudah
         dilarutkan dengan air…………………………………………………             28
     4. Bak stek yang sudah berisi media tanam sisa gergajian (kiri)
         dan papan pencantum status, nama media, tanggal sapih, dan
          asal stek…............................................................................................             29
     5. Alat untuk pengembunan didalam Green House (A) dan
         alat pengukur suhu (Thermometer) dan alat
         pengukur kelembaban (Hygrometer) (B)………..................................             29
     6. Contoh jenis bibit stek pucuk yang sudah berumur 2 sampai 3 bulan
         dari bak stek yang akan siap dipindah kan ke sungkup……………....             30
     7. Ruang sungkup.....................................................................................             32
     8. Penanaman stek pucuk di bedeng sungkup..........................................             32
     9. Bedengan sapih.....................................................................................             33
    10. Pengerasan...........................................................................................             34







DAFTAR LAMPIRAN

No.                                                                                       Halaman
1.      Pelaksanaan kegiatan magang PT. Suka Jaya Makmur
Propinsi Kalimantan Barat Kabupaten. Ketapang dan
PT. Sari Bumi Kusuma Delang Propinsi Kalimantan Tengah .............            38

2.      Rangkuman RKUPHHK dalam hutan alam pada hutan produksi PT.
SUKA JAYA MAKMUR periode 2005 s/d 2014
KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN
No. SK. 19/VI-BUHA/2011
Tanggal 14 MARET 2011…………………………………………….           39

3.      Struktur organisasi bidang pembinaan hutan
PT. SUKA JAYA MAKMUR Propinsi Kalimantan Barat ………….           42

4.      Surat keterangan jalan…………... …………………………………...           43

5.      Surat tembusan kepada Staf – staf  bagian PT SJM dan SBK
untuk permohonan bantuan transportasi, akomodasi dan konsumsi………..…………………………………………….……….          44

6.      Surat keterangan telah melaksanakan magang……………………………………………………………….. 45

BAB IV
KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

4.1.KEGIATAN
4.1.1.      Tempat dan Waktu
Kegiatan magang ini dilaksanakan pada 2 areal yaitu di HPH PT. Sumber Jaya Makmur (SJM) Ketapang, Propinsi Kalimantan Barat dan PT. Sari Bumi Kusuma (SBK) Delang, Propinsi Kalimantan Tengah. Waktu pelaksanaan terhitung mulai tanggal 13 juli 2011 sampai dengan 25 Agustus 2011, namun dalam laporan magang hanya diuraikan kegiatan di PT Suka Jaya Makmur, Propinsi Kalimantan Barat.
v  Sumber data
Data yang diperoleh dari berbagai literature yang berupa dokumen yang di peroleh dari perusahaan yang menjadi acuan kerja para karyawan di PT.Sari Bumi Kusuma yaitu Standard Operational Prosedur  (SOP) dan beberapa dokumen yang mendukung kelancaran pembangunan HPH. Untuk melengkapi data-data yang diperoleh baik data primer maupun data sekunder, maka dilaksanakan pula wawancara secara langsung dengan manager areal dan para karyawan baik itu karyawan harian maupun karyawan tetap PT. Suka Jaya Makmur Kalbar.
Add caption
       Gambar 1. Wawancara pada karyawan harian

4.1.2.      Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan magang diikuti dengan berkelompok  sebanyak 4 orang mahasiswa, tujuan agar semua dapat mengetahui secara langsung tahap – tahap dalam  setiap kegiatan yang diadakan di PT. Suka Jaya Makmur dan PT. Sari Bumi Kusuma.
Adapun kegiatan yang di lakukan pada  perusahaan tersebut ialah :
o   Pembinaan hutan
o   Pembinaan masyrakat disekitar hutan, dan
o   Industri
Untuk melengkapi tugas magang, tiap anggota magang masing-masing harus membuat laporan hasil kegiatan magang yang telah diikuti selama 6 minggu, masing-masing harus memiliki laporan kegiatan yang berbeda, tujuannya agar setiap kegiatan dapat dijelaskan dengan mudah.  Adapun kegiatan yang akan dijelaskan yaitu mengenai Prosedur Kerja Pengadaan bibit Stek Pucuk Meranti Merah (Shorea leprosula), Dipterocarpaceae yang merupakan salah satu kegitan persemaian yang diadakan di PT. Suka Jaya Makmur dan berlokasi di Binhut Persemaian Gunung Bunga.
4.1.3.      Tahap kegiantan persemaian stek pucuk 
Untuk jenis persemaiannya yaitu permanen, semua perlengkapan alat dan bahan yang ada di persemaian dibangun secara permanen.seperti Kebun Pangkas, Green House, Sungkup, pranet dan bedeng - bedeng.sedangkan keuntungan dan kerugiannya :
a)      Keuntungannya :
§  Bibit yang dihasilkan lebih baik atau berkualitas karena ditangani oleh pekerja yang sudah terlatih.
§  Memungkinkan untuk melakukan kegiatan persemaian secara mekanis.
§  Pengawasan lebih efisien dengan tenaga tetap yang terpilih.
§  Biaya produksi bibit lebih murah.
b)      Kerugian :
§  biaya investasi awal lebih mahal karena membangun      persemaian dengan skala luas dan permanen
Bagan Langkah – langkah kegiatan yang dilakukan dalam pengadaan bibit stek pucuk :













1.       Kebun pangkas
Melakukan Penyetekan pucuk
 



Add caption




Add caption


Add caption











Add caption


Pengerasan
4 bln smpai
siap tanam
   

4.2.PEMBAHASAN
4.2.1.      Pengadaan Bibit Stek Pucuk
Pengadaan bibit stek pucuk Dipterocarpaceae Meranti Merah (Shorea leprosula) adalah salah satu kegiatan yang dilakukan di Binhut Persemaian Gunung Bunga dan berpedoman berdasarkan SOP. Jenis benih yang digunakan harus berasal dari sumber benih yang jelas asal-usulnya sehingga dapat diketahui kualitas genetiknya.
Bahan stek harus memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas tegakan di masa yang akan datang. Variasi dalam tegakan , misalnya variasi geografis, individu dalam tegakan serta veriasi dalam pohon memiliki kontribusi yang sangat besar. Kebun pangkas dapat menghasilkan hutan berproduktifitas tinggi perlu memiliki dua persyaratan, yaitu :
1.      Dibangun dari benih hasil persilangan terkendali dan yang telah teruji.
2.      Secara fisiologi masih dalam keadaan muda.
Add caption
 Gambar 2. Kebun pangkas PT Suka Jaya Makmur


4.2.1.1.  Media tanam
Sebelum melakukan penyetekan terlebih dahulu kita mempersiapkan media tanam, media tanam yang akan digunakan untuk penyemaian stek pucuk ada 2 jenis media tanam, namun melalui tahap-tahapan. Adapun media yang digunakan  yaitu:
a.       Sisa gergajian halus yang sudah direbus selama ±2 jam, kemudian di dinginkan terlebih dahulu sebelum dimasukan ke dalam bak stek yang ada di dalam Green House. Media ini digunakan untuk penanaman tahap awal persemaian selama di bak stek (Green House)
b.      Topsoil diperoleh dari lokasi arboretum yang tidak jauh dari lokasi persemaian. Topsoil merupakan tanah hutan yang sudah bercampur atau terbentuk dari sisa serasah-serasah daun  yang ada disekitar pohon, batas tanah topsoil sedalam 4 cm. Penggunaan media ini diberikan saat bibit akan dipindah ke bedeng sungkup.
4.1.1.2. Syarat pengambilan bahan Stek Pucuk
    Prosedur kerja pengadaan bibit dengan cara stek, yaitu :
1.      Bibit diambil dari kebun pangkas yang sudah tersedia
2.      Pucuk yang akan di stek harus lurus dan sehat.
3.      Pengambilan dilakukan dipagi hari atau setelah hujan, untuk mengurangi penguapan atau dehidrasi pada pucuk.
4.      Mengambil pucuk meranti yang mempunyai cabang daun muda.
5.      Kemudian dilakukan pemangkasan atau pengurangan dengan memotong helai daun sebanyak 3 ruas atau 1 – 3 helai daun untuk mengurangi penguapan sinar mata hari. Pada daun ketiga dibuat irisan dengan kemiringan 45 derajat.
6.      Bahan stek dimasukin ke dalam ember yang sudah berisi air agar tidak terjadi dehidrasi batang dan daun.
7.      Hindari kekeringan dan sinar matahari langsung
4.1.1.3. Pembuatan Stek
1.      Untuk pembuatan stek dibuat pada tempat yang teduh dan dekat dengan bak stek.
2.      Pangkal stek di potong agak miring tepat sedikit dibawah nodum (ketiak tangkai) atau potong mengikuti arah kemiringan tangkai daun.
3.      Daun pada stek dipotong setengah atau sepertiganya untuk mengurangi terjadinya penguapan.
4.      Stek diberi hormon rapid root (Rootone-f) yang berbentuk serbuk kemudian larutkan dengan air ke dalam wadah yang sudah disediakan, selanjutnya celupkan pangkal batang atau bagian floemnya ke dalam larutan tersebut.






4.1.1.4. Pemberian Hormon
Pemberian hormon dilakukan dengan cara langsung dengan menggunakan media air, caranya sediakan hormon rapid root (Rootone-f) secukupnya dan air juga secukupnya sesuai dengan kebutuhan. Kemudian larutkan rapid root (Rootone-f) ke dalam air tersebut, syaratnya jangan terlalu kental dan jangan terlalu cair.
Add caption
    Gambar 3.Pemberian rapid root (rootone-f) yang
                     sudah dilarutkan dengan air

4.1.1.5. Penanaman Stek Pucuk
Proses penanaman stek pucuk sebagai berikut:
1.      Media yang sudah disiapkan dalam bak stek dibuat lubang sekitar 5x5 cm.
2.      Stek yang sudah siap tanam dimasukan ke dalam bak stek
3.      Kedalaman lobang bak stek sekitar setengah dari panjang batang stek
4.      Kemudian lobang bak stek tutup dengan media serbuk gergajian dan jaga kelembabannya.
5.      Suhu yang optimal 26-30 derajat dengan kelembaban harus diatas 90%.
6.      Kapasitas bak stek sekitar 70-80 bibit.
7.      Lamanya tanaman di dalam bak stek sekitar 2,5 bulan
8.      Untuk waktu penanaman tidak ditentukan, kapan ada bak stek yang kosong langsung ditanam.

Add caption
Add caption
Text Box: B
Add caption
Text Box: A
Add caption
   Gambar 4.Bak stek yang sudah berisi media tanam sisa
                    gergajian (A) dan  penomoran pada bak stek.
                    nama media, tgl sapih, dan asal stek (B)

Add caption
Add caption
Text Box: B
Add caption
Text Box: A
Add caption
Gambar 5. Alat untuk pengembunan didalam Green House (A) dan
      alat pengukur suhu (Thermometer) dan
      alat pengukur kelembaban (Hygrometer) (B)






4.1.1.6. Pemeliharaan
Proses pemeliharan stek pucuk sebagai berikut:
1.      Pengecekan terhadap kelembaban, suhu, dan cahaya yang masuk ke dalam bak stek.
2.      Jenis bibit yang sudah berakar antara lain tumbuhnya daun muda atau pucuk-pucuk baru. kemudian saat di angkat agak terasa sulit atau tidak mudah tercabut.
3.      Penyiraman dilakukan 2x/hari, pagi dan sore untuk menjaga kestabilan suhu dan kelembaban, apabila ada stek yang busuk dicabut.
4.      Saat penyiraman air harus menyebar,tidak boleh  menumpuk 1 arah supaya tidak terjadi penurunan pada media atau pemadatan
5.      Penyiraman juga tidak boleh terlalu basah terhadap media, sebab akan membuat akar yang sudah tumbuh mudah membusuk
Add caption
                    Gambar 6. Contoh jenis bibit stek pucuk yang sudah
     berumur 2 sampai 3bulan dari bak stek
       yang akan siap dipindah kan ke sungkup


4.1.1.7. Penyungkupan
Proses penyungkupan pada bibit stek pucuk yang telah disemai selama 2 bulan di bak stek sebagai berikut :
1.      Suhu 300C dengan intensitas cahaya hanya 50%
2.      Dari Green House stek pucuk yang sudah berakar dipindahkan ke polybag yang sudah berisi topsoil dengan ukuran polybag 15x17cm.
3.      Buat lobang dengan kayu yang sudah disediakan, perhatikan ukuran lobang, jangan terlalu kecil agar akar mudah untuk masuk, kemudian jangan ditekan terlalu kuat untuk menghindari patah pada akar.
4.      Untuk media tanam hanya menggunakan topsoil tanpa pemberian pupuk.
5.      Lamanya penyungkupan minimal untuk stek pucuk 25 hari sedangkan mksimalnya 2 bulan tergantung pada kondisi bibit, lakukan penyiraman pagi dan sore hari.
6.      Jumlah sungkup ada 2 yaitu sungkup satu (1) dan sungkup dua (2), masing-masing memiliki kapasitas yang sama 11500 kantong polyback.Kelembaban juga tetap harus dijaga, pintu harus selalu ditutup agar suhu tetap terjaga.

Add caption
                                       Gambar 7. Sungkup

Add caption
                                     Gambar 8.Penanaman stek pucuk
                                                       di bedeng sungkup
4.1.1.8. Penyapihan
           Proses penyapihan sebagai berikut:
a.       Selanjutnya setelah bibit dari sungkup, bibit dipindahkan lagi ke bedeng sapih,bedeh sapih diberi naungan dengan paranet dengan intensitas cahaya yang masuk 25-50 %
b.      Diparanet kita melakukan penyeleksian terhadap bibit stek pucuk, seperti :
1.      penambahan pupuk
2.      mengatur kerapatan dan penjarang terhadap bibit yang jumlah tajuknya sudah cukup lebat dan mengganggu pentumbuhan bibit.
3.      pemangkasan terhadap cabang yang terlalu banyak
4.      Seleksi terhadap bibit yang terserang hama seperti ulat dan hama lainnya.
c.       Memberantas hama dengan  menyemprotkan racun atau dengan cara manual, mencari langsung hama yang ada pada bibit tersebut.
Add caption
                           Gambar 9.bedeng sapih yang dinaungi dengan
                                            paranet

4.1.1.9. Pengerasan
           Proses pengerasan sebagai berikut :
Setelah bibit berumur 2 bulan dibedeng sapih kemudian dipindahkan lagi ke bedeng pengerasan, untuk intensitas cahayanya pada bedeng pengerasan sekitar 75% sampai pada tanaman. Dibedeng pengerasan bibit dipelihara selama 4 bulan sampai bibit siap tanam, adapun pemeliharaan yang dilakukan yaitu :
a.       Pemupukan
b.      Pemangkasan
c.       Pembersihan gulma dan hama penyakit
d.      Penyiraman secara rutin 2 kali sehari

Add caption
                          Gambar10.bedeng pengerasan

4.1.1.10Ukuran Bedeng dan Intensitas Cahaya, Suhu,Kelembaban dan %          Kehidupan
Tabel 3.Ukuran bedeng, intensitas cahaya, suhu, kelembaban dan kehidupan di                     kegiatan persemaian.
No
Kegiatan-persemaian
Ukuran-bedeng (cm)
Intensitas- cahaya (%)
Suhu (º)
Kelemba-ban (º)
Kehidu-pan (%)
1.
Bak stek
300x100x50

25-30
80-90
80
2.
Sungkup
400x100x60

30

70
3.
Paranet
400x100x15
25-50


70
4.
Pengerasan
400x100x15
75


80








            Sumber : PT Suka Jaya Makmur , 2011


 
BAB V
PENUTUP

5.1.KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa pengadaan bibit stek pucuk jenis Meranti merah (Shorea leprosula) Famili Dipterocarpaseae, dipersemaian Gunung Bunga telah banyak menimbulkan dampak positif terutama pada penyediaan jumlah bibit yang cukup maksimal, jika menunggu benih tumbuh secara alami mungkin harus menuggu beberapa tahun sampai pohon-pohon induk yang tertinggal dapat menyebarkan benih-benih baru. Dengan diadakanya pengadaan jenis stek pucuk yg diambil dari kebun pangkas telah banyak membantu mempercepat penanggulangan terhadap areal yang kosong akibat bekas tebangan atau akibat kerusakan lainnya. Untuk pengolahan stek pucuk ini juga telah melakukan beberapa penyeleksian terhadap pucuk yang akan dipangkas sampai pada tahap selanjutnya sampai pada saat semai siap tanam hingga jenis bibit yang dihasilkan cukup baik.
Dalam penyetekan mungkin akan terjadi kegagalan pada stek karena batang stek yang masih muda, temperatur yang terlalu tinggi, kurangnya ketersediaan air bagi batang yang telah distek, gunting stek tidak tajam sehingga batang yang akan distek memar, lama dalam memasang tetapi tidak di ulang. Faktor media tanam dan pemberian pupuk pada stek juga mempengaruhi pertumbuhan stek, pengaturan media tanam dan pemberian pupuk yang sesuai dengan komposisi tertentu sehingga dapat menyediakan lingkungan/kondisi yang optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan akar. Pada stek pertumbuhan daun lebih cepat daripada akar karena daun berfungsi sebagai sarana fotosintesis yang bertujuan untuk merangsang pertumbuhan akar.

5.2.SARAN
1.      Sebelum berangkat magang harus sudah menyusun rencana kegiatan terlebih dahulu sehingga tidak mengalami kesulitan.
2.      Peserta magang diharapkan mempersiapkan materi yang berkaitan dengan kegiatan magang.
3.      Untuk perusahaan agar dapat mengikutsertakan dalam kegiatan persemaian agar lebih banyak pengalaman yang di peroleh mahasiswa.

                                                        Daftar Pustaka
Anonim. 1995.Sistem Stek Dipterocarpaceae, Kehutanan Indonesia No. 6 tahun1994/1995. Jakarta: Departemen Kehutanan. p 18.
Adriyanti, D.W, A. Subiakto, Kumala. 2005. Shorea leprosula Miq. Informasi Jenis          No.      001/ITTO-PD41/05. Proyek ITTO PD 41/00 Rev. 3 (F,M). Fakultas     Kehutanan       Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Ashton, P.S. 1982. Flora Malesiana. Series I-Spermatophyta. Flowering Plants. Vol          9, Part 2. Dipterocarpaceae.
Departemen Kehutanan. 1993. Pedoman dan Petunjuk Teknis Tebang Pilih Tanam             Indonesia        (TPTI) Pada Hutan Alam Daratan.  Departemen Kehutanan,            Direktorat Jenderal     Pengusahaan Hutan. Jakarta.\
Omon,R.M, A.F. Mas’ud, dan Harbangung, 1989. Pengaruh Media Padat dan       Rootone-F terhadap Pertumbuhan akar Stek Batang Shorea cf. Polyandra.         Buletin Penelitian Kehutanan Vol.5 No.3. Balai Penelitian Kehutanan             Pematang Siantar.P.195-202.
Harahap RMS. 1972. Percobaan Orientasi Vegetatif Beberapa Jenis Pohon.           Laporan LPH No. 155. Bogor : Lembaga Penelitian Hutan.
Pudjiono, S. 1996. Dasar-dasar Umum Pembuatan Stek Pohon Hutan. Informasi    Teknis No.1/1996. Balai Penelitian dan Pengembangan Pemuliaan Benih        Tanaman          Hutan.             Yogyakarta.
Subiakto, A., dan Sakai, C. 2007. Pedoman Pembuatan Stek Pucuk Meranti           ”KOFFCO      System”. Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.     Bogor.
Sutarno, H. Dan Riswan, S. 1997. Seri Pengembangan Prosea 5 (2).3 Latihan         Mengenal        Pohon Hutan : Kunci Identifikasi dan Fakta Jenis. Yayasan             Prosea Indonesia.        Bogor.
Soekotjo, dan Subiakto, A. 2005. Petunjuk Teknis Dipterocarpa. ITTO PD 41/00   Rev.     3 (F,M). Yogyakarta
Sutarno, H. Dan Riswan, S. 1997. Seri Pengembangan Prosea 5 (2).3 Latihan         Mengenal        Pohon Hutan : Kunci Identifikasi dan Fakta Jenis. Yayasan             Prosea Indonesia.        Bogor.
Yasman, I. Dan W.T.M. Smits. 1988. Metode Pembuatan Stek Dipterocarpaceae. Penerbit Asosiasi Panel Kayu Indonesia.























Lampiran 2
RANGKUMAN RKUPHHK DALAM HUTAN ALAM
PADA HUTAN PRODUKSI
PT.SUKA JAYA MAKMUR PERIODE 2005 s/d 2014
KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN No. SK. 19/VI-BUHA/2011
TANGGAL 14 MARET 2011
Sasaran Strategis RKUHHK PT. Suka Jaya Makmur Periode 2005 s.d 2011
No
Kegiatan
Sat
Sasaran
Cara Pelaksanaan
A.
SILVIKULTUR TPTI



1.
Tata Batas Kawasan :
·         Tatas Batas
·         Pemeliharaan Batas


Km
Km

207.747
-Tata batas areal IUPHHK sesuai dengan rencana.
 2.
Penataan Arel Kerja (Et-1)
Ha
40.665,65
 -Penataan dengan menyeimbangkan antara kepentingan kegiatan produksi, pembinaan hutan dan perlindungan hutan.

3.

Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (Et-2)

Ha

40.665,65
-Inventarisasi tegakan secara akurat sesuai aturan yang ditetapkan.
4.
Pembukaan Wilayah Hutan (Et-1)
·         Jalan Utama
·         Jalan Cabang
·         Pembuatan TPn


Km
Km
Unit


105,526
315,926
-
 
-Pembuatan jaringan jalan sesuai rencana dan standar yang ditetapkan.
-Pembuatan TPn pada tempat yang tepat.
5.
Penebangan (Et)
Ha
M3
40.665,65

1.456.477,79
-Penebangan menerapkan prinsip Reduced Impact Logging (RIL) secara konsisten dan profesional.
-Penebangan dengan teknik pengaturan kerja yang benar mulai dari peralatan, pelaksanaan penebangan, pembagian batang, penyaradan dan pengangkutan sesuai Standar Prosedur Operasional (SOP).
6.
Pembinaan Hutan :
a. Pengadaan Bibit (Et+2)
·         Rehabilitasi/Pengayaan
·         Kanan Kiri Jalan
·         Tanah Kosong
b. Penanaman (Et+3)
·         Pengayaan/Rehabitasi (Luas Efektif)
c. Pemel. Tanaman
·         Pemeliharaan I (Et+3)
·         Pemeliharaan II (Et+4)
·         Pemeliharaan III (Et+5)
d. Pembebasan Phn Binaan
·         Penjarangan I (Et+10)
·         Penjarangan II (Et+15)
·         Penjarangan III (Et+20)



Ha
Ha
Ha



Ha
Ha



Ha
Ha
Ha



Ha
Ha
Ha




1.777.392
960.000
358.450



25.393,25
1.269,66



25.393,25
21.472,33
19.142,68




-
-
-
-Bibit dari biji, anakan alam/cabutan dan stek pucuk.
-Bibit ditanam pada lubang tanam yang sudah disediakan, dilakukan pada musim penghujan.

-Penyulaman tanaman yang mati, pemupukan, penyiangan dan pembebasan vertikal.

-Pohon terpilih dibebaskan dari pesaing disekitar tempat tumbuhnya.
7.
Kegiatan rehabilitasi areal di luar kewajiban TPTI :
·         Tanah Kosong
·         Kanan Kiri Jalan


Ha
Ha


746,77
2.000

-Penanaman pada areal non hutan atau bekas ladang masyarakat dengan jenis tanaman karet atau buah-buahan.
-Penanaman dengan tanaman cepat tumbuh pada jarak 500 m kanan kiri jalan.

8.

Pelaksanaan Kelola Sosial

Desa

-
-Kegiatan pertanian menetap.
-Pembinaan industri kecil, pengembangan koperasi, bantuan pemasaran hasil pertanian.
-Pengembangan sarana dan prasarana umum.
9.
Konservasi Sumberdaya Hutan :
·         Sempadan Sungai
·         Kawasan Konservasi
·         Peka Erosi (Kelerengan > 40%)
·         KPPN
·         Buffer Zone HL



Ha
Ha

Ha
Ha
Ha


2.943,58
1.009,01

7.207,02
300
1.182,16
-Konservasi sumberdaya hutan dan lingkungan
-Perlindungan terhadap kegiatan penebangan dan kerusakan oleh faktor lain (penjarangan,
-pengembangan dan lainnya)
10.
Penelitian dan Pengembangan
Paket
Terus Menerus
-Diperoleh metode dan cara pengelolaan hutan yang optimal dengan memperhatikan azas kelestarian
11.
Perlindungan 
Ha
Terus Menerus
Seluruh areal IUPHHK

B.
SILVIKULTUR TPTJ



1.
Penataan Areal Kerja dan Inventarisasi Hutan

Ha

7.809,80
 

-
2.
Pembukaan Wilayah Hutan
Km
102,86
-
3.
Pengadaan Bibit
Btg
1.424.891,80
Berasal dari biji, anakan alam/cabutan dan stek pucuk
4.
Tebangan Naungan
Ha
M3
7.809,90
230.026,07
-Penebangan dilaksanakan pada diameter 40 cm up
-Penerapan RIL secara konsisten dan profesional.
5.
Tebangan Dalam Jalur Bersih (3 meter)
Ha
M3
1.171,47
15.572,35
Peralatan yang memadai.
6.
Pembuatan Jalur
Ha
1.171,47
-Penebangan pohon penganggu pada jalur tanam 5 meter.
-Penebangan semua pohon baik besar maupun kecil pada jalur tanam 3 meter kemudian dilakukan pemasangan ajir dengan jarak antar ajir 2,5 meter kemudian dibuat lubang tanam yang didalamnya diberi serasah.
7.
Penanaman
Ha
1.171,47
Bibit ditanam pada lobang tanam yang sudah tersedia yang dilaksanakan pada musim hujan untuk menekan prosentasi kematian tanaman.
8.
Pemeliharaan Tanaman :
·         Pemeliharaan I
·         Pemeliharaan II
·         Pemeliharaan III
·         Pemeliharaan IV

Ha
Ha
Ha
Ha

1.171,47
1.095,43
1.019,23
941,27

-Penyulaman tanaman yang mati, penyiangan dan pemulsaan, pembebasan vertikal, pemupukan
-Penyemprotan racun hama apabila ada tanaman yang diserang hama.
9.
Penjarangan
Ha
750,50
-